Jumat, 12 Juni 2015

JENIS-JENIS WACANA



KELOMPOK 7
JENIS-JENIS WACANA
A.    Pengertian wacana
Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan terbesar/ tertinggi diatas kalimat atau klausa  dengan koherensi dan kohesi yang berkesinambungan , yang mempunyai awal dan akhir yang nyata disampaikan secara lisan atau tertulis. ( Tarigan, 2009 : 19 ).
·      Menurut Alwi, dkk (2003:42) Wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan sehingga membentuk makna yang serasi di antara kalimat-kalimat itu.
·      Menurut Tarigan (dalam Djajasudarma, 1994:5)Wacana adalah satuan bahasa terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat  atau klausa dengan koherensi dan kohesi tinggi yang berkesinambungan, yang mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata.
·      Syamsuddin (1992:5) menjelaskan pengertian wacana sebagai rangkaian ujar atau rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan suatu hal (subjek) yang disajikan secara teratur, sistematis, dalam satu kesatuan yang koheren, dibentuk dari unsur segmental maupun nonsegmental bahasa.
Wacana merupakan satuan bahasa di atas tataran kalimat yang digunakan untuk berkomunikasi dalam konteks sosial.Satuan bahasa itu dapat berupa rangkaian kalimat atau ujaran.Wacana dapat berbentuk lisan atau tulis . Dalam peristiwa komunikasi secara lisan, dapat dilihat bahwa wacana sebagai proses komunikasi antarpenyapa dan pesapa, sedangkan dalam komunikasi secara tulis, wacana terlihat sebagai hasil dari pengungkapan ide/gagasan penyapa. Disiplin ilmu yang mempelajari wacana disebut dengan analisis wacana.Analisis wacana merupakan suatu kajian yang meneliti atau menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah, baik dalam bentuk tulis maupun lisan. Istilah wacana berasal dari kata sansekerta yang bermakna ucapan atau tuturan.
è   Jadi dari beberapa pendapat ahli di atas kami memberikan kesimpulan  disimpulkan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang lengkap yang dipaparkan secara teratur kohesi dan koherensi dan membentuk suatu makna yang logis.
B.     Jenis-jenis wacana
Jenis wacana dapat diklasifikasikan dengan berbagai bentuk , tergantung dari sudut pandang kita antara lain :
Berdasarkan cara dan tujuan pemaparannya, wacana dapat dibedakan menjadi wacana deskripsi, eksposisi, argumentasi, persuasi, dan narasi.
(Sumarlan, 2003 : 17 dalam ejournal.umm.ac.id/index.php/.../1349_umm_scientific_journal.pdf ).
v  Jenis wacana berdasarkan tujuan pemaparannya
a.      Wacana Narasi
Wacana narasi adalah salah satu jenis wacana yang menceritakan / mengisahkan sesuatu peristiwa secara berurutan berdasarkan urutan kejadiannya. Unsur-unsur penting dalam sebuah narasi adalah kejadian, tokoh, konfik, alur/plot, serta latar yang terdiri atas latar waktu, tempat, dan suasana.
Dengan demikian wacana jenis ini tidak bermaksud untuk mempengaruhi seseorang melainkan hanya menceritakan sesuatu kejadian yang telah disaksikan, dialami dan didengar oleh pengarang (penulisnya). Narasi dapat bersifat fakta atau fiksi (cerita rekaan). Narasi yang bersifat fakta, antara lain biografi ,autobiografi,pengalaman sedangkan yang berupa fiksi diantaranya cerpen dan novel.
·         Ciri-ciri narasi  :
1.      Berupa cerita tentang peristiwa atau pengalaman penulis.
2.      Kejadian atau peristiwa yang disampaikan berupa peristiwa yang benar-benar terjadi, dapat berupa semata-mata imajinasi atau gabungan keduanya. atau berupa rekaan
3.      Berdasarkan konfliks, karena tanpa konflik biasanya narasi tidak menarik.
4.      Memiliki nilai estetika.
5.      Menekankan susunan secara kronologis.
·         Tujuan menulis karangan narasi  yaitu:
1.      Hendak memberikan informasi atau wawasan dan memperluas pengetahuan
2.      Memberikan pengalaman estetis kepada pembaca
3.       memberikan hiburan kepada pembaca.


Contoh wacana narasi :
Kegiatan disekolahku demikian padatnya. Setiap hari, aku masuk pukul 07.00. Agar tidak terlambat, aku selalu bangun pukul 04.30. Setelah mandi, akupun shalat subuh. Kemudian, aku segera mengenakan seragam sekolah. Tak lupa aku lihat-lihat lagi buku yang harus aku bawa. Yah, sekedar mengecek apakah buku-buku yang aku bawa sudah sesuai dengan jadwal pelajaran hari itu. Selanjutnya, aku makan pagi. Lalu, kira-kira pukul 06.00, aku berangkat ke sekolah. Seperti biasanya, aku ke sekolah naik angkutan umum. Jarak rumah dengan sekolahku tidak jauh, sekitar enam kilometer. Aku memang membiasakan berangkat pagi-pagi. Maklum, angkutan kota sering berhenti lama untuk mencari penumpang. Jika aku berangkat agak siang, wah, bisa terlambat sampai di sekolah.
Di sekolah, aku belajar selama kurang lebih enam jam. Jam pelajaran berakhir pukul 12.45. Itu untuk hari-hari biasa. Hari Rabu, aku pulang pukul 14.30, karena mengikuti kegiatan ekstrakulikuler dulu. Khusus hari Jum’at, aku bisa pulang lebih awal, yaitu pukul 11.00.
Paragraf narasi diatas berisi sebuah fakta berupa catatan kegiatan sehari-hari yang dialami oleh penulis. Apbila dicermati, paragraf tersebut berisi urutan peristiwa berikut : bangun pukul 04.30, mandi, shalat subuh, berpakaian, mengecek buku, makan pagi, berangkat sekolah, belajar di sekolah, pulang sekolah. Rangkaian  peristiwa tersebut dialami oleh tokoh aku. Aku mengalami “konflik” dengan dirinya sendiri, yaitu kebiasaannya setiap hari.
b.      Wacana Deskripsi
Wacana deskripsi adalah wacana yang menggambarkan sesuatu dengan jelas dan terperinci. Wacana deskripsi bertujuan melukiskan atau memberikan gambaran terhadap sesuatu dengan sejelas-jelasnya sehingga pembaca seolah-olah dapat melihat, mendengar, membaca atau merasakan hal yang dideskripsikan, penulis merinci objek dengan kesan, fakta, dan citraan. Oleh sebab itu deskripsi yang baik adalah deskripsi yang dilengkapi dengan hal-hal yang dapat merangsang panca indra. Contoh : seperti keadaan banjir, suasana dipasar dan sebagainya, melihat pemandangan pegunungan, rumah, gedung , dll.
ü  Dilihat dari sifat objeknya, deskripsi dibedakan atas 2 macam, yaitu sebagai berikut : 
·         Deskripsi Imajinatif/Impresionis        
Adalah deskripsi yang menggambarkan objek benda sesuai kesan/imajinasi si penulis. Pengertian lain tentang deskripsi impresionis yaitu  ialah ragam pemaparan yang didasarkan pada impresi (kesan atau perasaan) penulis terhadap peristiwa, kejadian, tempat, perbuatan, karakter, dll.
Hal ini didasarkan pada kuat lemahnya kesan yang didapat dari objek.
Contoh: Deskripsi mengenai kota Malang yang dingin, sejuk, dan segar. Banyak objek wisata yang menyenangkan di sana. Wahananya pun seru-seru dan asyik-asyik.
Contoh Deskripsi Imajinatif
Aku tidak lagi berada di kamarku, tetapi di suatu ruangan bersama-sama dengan sekelompok orang yang sama sekali belum pernah kulihat sebelumnya. Bau asap tembakau memenuhi ruangan itu, tapi tak seorang pun yang kelihatan peduli. Kami semua duduk di kursi yang diatur membentuk sebuah lingkaran, mirip dengan ruangan diskusi. Semua tampak duduk tenang, semua kelihatan sedang menulis, dan tidak seorang pun yang kelihatan peduli pada orang lain di ruangan itu
·         Deskripsi faktual/ekspositoris
 Ialah deskripsi yang menggambarkan objek berdasarkan urutan logika atau fakta-fakta yang dilihat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Faktual dapat diartikan sebagai hal (keadaan, peristiwa) yang merupakan kenyataan; sesuatu yang benar-benar ada atau terjadi.atau juda biasanya diartikan sebagai sesuatu hal yang berdasarkan kenyataan; mengandung dan kebenaran. Ada juga pendapat lain mengenai deskripsi ekspositoris, yaitu ragam pemaparan atau penggambaran secara logis.
Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa semua yang ada di dunia ini mempunyai “logika urut-urutan sendiri”.
Contoh: Bila kita ingin mendeskripsikan manusia, maka logika urutannya: dari atas (kepala) ke bawah (kaki)
Contoh Deskripsi Faktual
Di sebelah kiri pintu tergantung sebuah penanggalan dan sebuah cermin yang bertuliskan ”Anda manis, Nona.” Di bawahnya merapat sebuah meja belajar yang diberi alas kertas berbunga-bunga merah jambu, dan dilapisi lagi dengan plastik bening. Di atas meja ada sebuah tape recorder kecil, sebuah mesin ketik, jam weker, alat-alat tulis, beberapa helai kertas berserakan dan buku-buku dalam keadaan terbuka. Pasti semalam dia habis mengerjakan paper, pikirku.
·         Ciri-ciri karangan deskripsi
1. Karangan ini berisi gambaran mengenai suatu hal/keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan hal tersebut.
2. Menggambarkan atau melukiskan sesuatu.
3. Penggambaran tersebut dilakukan sejelas-jelasnya dengan melibatkan kesan indera.
4. Membuat pembaca atau pendengar merasakan sendiri atau mengalami sendiri.
c.       Wacana Argumentasi
Kata argumentasi berarti alasan. Wacana Argumentasi yaitu paragraph yang mengemukakan berbagai alasan , contoh, dan bukti yang kuat atau logis serta meyakinkan agar pembaca terpengaruh dan membenarkan pendapat, gagsan, sikap dan keyakinan penulis. Dalam berargumentasi, kita boleh mempertahankan pendapat tetapi juga harus mempertimbangkan pendapat orang lain yang berbeda dengan pendapat kita. Penalaran yang sehat dan didukung oleh penggunaan bahasa yang baik dan efektif sangat menunjang sebuah karangan argumentative.  Karangan argumentasi juga dpat berisi tanggapan atas sanggahan terhadap suatu pendapat dengan memeparkan alasan-alasan yang logis.  Tujuan wacana argumentasi yaitu berusaha meyakinkan pembaca akan kebenaran pendapat pengarang.
·         Ciri-Ciri wacana argumentasi
a)      Berusaha meyakinkan pembaca akan kebenaran gagasan pengarang sehingga kebenaran itu diakui pembaca
b)      Pembuktian dilengkapi dengan data, fakta, grafik, table, atau gambar.  (Ada alasan, data, atau fakta yang mendukung)
c)      Pengarang berusaha mengubah sikap, pendapat, atau pandangan pembaca
d)      Dalam membuktikan sesuatu, pengarang menghindarkan keterlibatan emosi dan menjauhkan subjektifitas
e)      Dalam menyusun argumentasi, penulis menerapkan kerangka berfikir rasional, kritis dan logis
f)       Membuktikan kebenaran pendapat pengarang dapat menggunakan macam-macam pola pembuktian.                       
               Data dan fakta yang digunakan untuk menyusun wacana atau paragraf argumentasi dapat diperoleh melalui wawancara, angket, observasi, penelitian lapangan, dan penelitian kepustakaan. Pada akhir paragraf atau karangan perlu disajikan kesimpulan. Contoh : laporan penelitian ilmiah, karya tulis dsb. Pada akhir paragraf atau karangan perlu disajikan kesimpulan
               Contoh :
               Desa Tenggar Jaya adalah salah satu desa di wilayah kabupaten Banyumas. Beberapa fasilitas umum seperti poliklinik desa, Taman Kanak-Kanak dan dua Sekolah Dasar Negeri berdiri megah disana. Bangunan megah ini sudah sangat permanen dengan arsitektur yang beragam. Listrik pun sudah menerangi desa tersebut sejak 7 tahun terakhir. Jaringan telepon sudah banyak dinikmati warga. Semua jalan yang ada di desa itu juga sudah diaspal. Hampir 75% warganya telah berpendidikan sarjana. Jadi dapat disimpulkan bahwa desa TEnggar Jaya adalah desa yang sudah maju.
d. Wacana Persuasi
Wacana persuasi merupakan wacana yang berisi imbauan atau ajakan kepada orang lain untuk melakukan sesuatu seperti yang diharapkan oleh penulisnya. Oleh karena itu biasanya disertai penjelasan dan fakta-fakta sehingga meyakinkan dan dapat mempengaruhi pembaca.
Pendekatan yang dipakai dalam persuasi adalah pendekatan emotif yang berusaha membangkitkan dan merangsang emosi.
·         Ciri-ciri  wacana persuasif seharusnya :
1.      Berupa ajakan atau mempengaruhi pembaca
2.      Berisi imbauan
3.      Menarik pembaca atau pendengar
·         Syarat-syarat membuat  wacana Persuasi agar pembaca atau pendengar tertarik :
a) Menggunakan Bahasa Emotif
Bahasa emotif disini bukanlah suatu bahasa yang membuat orang emosi karena marah, tetapi bahasa yang bisa membuat seseorang merasakan sesuatu perasaan yang datang dari hati untuk melakukan sesuatu. Bahasa emotif juga membuat seseorang penasaran terhadap sesuatu untuk bisa mengalami dan terlibat didalamnya.
Contoh : Bintang buana filter, Maju tak Gentar.
b) Menggunakan Struktur Kalimat yang Unik
Stuktur kalimat yang unik maksudnya adalah struktur kalimat yang cenderung membuat para pembaca menikmati dan mudah mengerti serta terkesan ketika membaca wacana tersebut.
Contoh : Diplomat, Arti Sebuah Kesuksesan
c) Pilihan Kata yang Khusus
Kata-kata yang digunakan adalah kata-kata umum yang mudah dipahami oleh pembacanya tidak berbelit-belit. (kohesi dan koherensi )
Contoh : Nikki, memang tangguh
d) Ajakan yang Efektif
Ajakan yang efektif adalah ajakan yang tidak bertele-tele dan tidak tersembunyi secara makna, tetapi bisa membuat seseorang tersentuh dan bergerak serta mendapat dorongan untuk melakukan sesuatu.
Contoh : Rindang, Pilihan Kita Semua.
e)      Harus menghindari konflik agar kepercayaan tidak hilang dan supaya kepercayaan untuk pembaca tercapai.
f)       Harus ada fakta dan data

Wacana persuasif dapat berupa  :
 1.      Bentuk  pidato , misalnya Propaganda kelompok / golongan, kampanye, penjual jamu ,dll.
2.     Bentuk tulisan brupa  Iklan dalam media massa, selebaran, dll.
3.      Berupa elektronik misalkan televisi, radio, internet, dll.
         Contoh wacana persuasif :
Pernahkah anda mencoba minum sari jahe Taka Tunga ? sungguh sangat disayangkan jika anda melalui hidup anda tanpa sedikitpun mencoba minuman tradisional berkashiat ini. Minuman ini adalah minuman berkasyat tinggi. Diproduksi secara natural dari bahan alamiah, yaitu jahe-jahe pilihan dari kampung Taka Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada dan dikemas menjadi sebuah produk yang sangat bermutu.
Entah anda mau yakin atau tidak, tetapi  saya hanya mau mengatakan bahwa akan sangat disayangkan jika anda tidak pernah mau mencobanya. Saya sendiri pernah mencobanya dan rasanya tidak seperti meminum sari-sari jahe biasa.  Ketika itu saya sedang masuk angin akibat kehujanan saat mengendarai motor dari Mauponggo ke Bajawa. Saya singgah sebentar di kampung Taka untuk membeli sebungkus sari jahe. Saya meminta segelas air hangat kepada seorang ibu di kampung itu lalu melarutkaan sari jahe ke dalam gelas air dan langsung diminum. Alhasil, perut saya menjadi lebih baik dan masuk angin langsung hilang.
Di samping kashiatnya untuk menyebuhkan masuk angin, juga sari jahe Taka Tunga juga dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit, seperti mag, lambung, sesak napas, brongkitis, asma, sariawan, radang paru-paru, sakit kepala dan juga batuk  tidak berdahak. Kenyataan ini sudah dibuktikan oleh sebagaian orang yang sudah mengkonsumsi minuman ini dan menjadi sembuh dari penyakitnya akibat meminum minuman ini.
Sebagai sebuah minuman yanng diproduksi secara alamiah oleh tangan-tangan trampil masyarakat Taka Tunga, anda tidak perlu harus berpikir tentang efek samping dari minuman ini. Minuman ini dikemas tanpa ada polusi kimiawi ataupun tanpa adanya bahan pengawet. Minuman ini sudah menjadi pilihan banyak orang karena disamping sebagai obat juga dapat digunakan sebagai minuman pengganti kopi pada pagi hari taupun sore hari. Sudah sejak tahun 2002 sari jahe Taka Tunga sudah Go Internastional dan dan laris dikonsumsi di Cina, Kanada, Amerika Serikat dan Bangkok.
Kalau anda sempat lewat, anda bisa membeli minuman ini di kios-kios yang ada di kampung Taka Tunga atau mungkin ada yang berminat, anda dapat menghubung langsung ke Nomor Telepon : 085253237046. Silahkan mencoba dan anda akan langsung merasakan sendiri kashiatnya.
e. Wacana Eksposisi
         Wacana eksposisi adalah karangan yang memaparkan atau menjelaskan secara terperinci (memaparkan) sesuatu dengan tujuan memberikan informasi dan memperluas pengetahuan kepada pembacanya. Karangan eksposisi biasanya digunakan pada karya-karya ilmiah seperti artikel ilmiah, makalah-makalah untuk seminar, simposium, atau penataran.Tahapan menulis karangan eksposisi, yaitu menentukan objek pengamatan, menentukan tujuan dan pola penyajian eksposisi, mengumpulkan data atau bahan, menyusun kerangka karangan, dan mengembangkan kerangka menjadi karangan.Pengembangan kerangka karangan berbentuk eksposisi dapat berpola penyajian urutan topik yang ada dan urutan klimaks dan antiklimaks
         Contoh wacana eksposisi :
Jika kamu benar-benar membutuhkan sesuatu yang harganya tidak terjangkau oleh orang tuamu, kamu bisa mencari pekerjaan guna memperoleh cukup uang untuk membelinya sendiri. Berikut ini terdapat empat saran yang membantumu memperoleh pekerjaan. Pertama, sebarkan berita. Beritahu kepada tetangga, teman ataupun dosen bahwa kamu membutuhkan pekerjaan. Kalau kamu malu untuk langsung meminta pekerjaan, kamu bisa menanyakan kepada mereka tentang pekerjaan mereka sewaktu mereka seusiamu. Semakin banyak orang tahu bahwa kamu mencari pekerjaan maka semakin banyak peluang untuk kemungkinan besar kamu dapatkan.
Kedua, tidak lanjuti setiap peluang. Tanggapi iklan lowongan pekerjaan yang dimuat di surat kabar/harian-harian,seperti Flores Pos dan Pos Kupang ataupun di radio, yang dipasang di depan toko dan tempat umum lainnya. Segera mencari tahu informasinya atau kalau tidak berhasil,  bisa meyakinkan orang yang mempunyai usaha bahwa ia memebutuhkan jasa yang bisa anda berikan.
Ketiga, tuliskan dan sebarkan lamaran serta daftar riwayat hidup. Tulis surat lamaran yang dilampiri data diri, alamat, nomor telepon, serta daftar keterampilan dan pengelaman kerjamu. Bagaimana kalau kamu merasa tidak memiliki keterampilan atau pengelaman kerja ? coba diingat-ingat bahwa anda mungkin pernah mengasuh adikmu ketika orang tuamu pergi atau pernah diminta untuk menjaga orang-orang lain. Hal itu menunjukan bahwa anda bisa dipercaya. Cantumkan semuanya itu dalam daftar riwayat hidupmu dan berikan daftar itu kepada calon atasanmu.
Keempat, ciptakan pekerjaan sendiri. Pertama-tama yang harus dipikirkan adalah lingkungan tempat tinggalmu. Adakah barang atau jasa yang belum ada penyediaannya ? misalnya, kalau kamu suka  binatang, kamu bisa menawarkan diri untuk memandikan atau mencukur bulu hewan kesayangan tetanggamu dengan  tarif tertentu. Atau jika kamu bisa  memainkan alat musik, bagaimana kalau kamu memberikan les musik ? atau kamu bisa melakukan pekerjaan yang biasanya orang lain tidak melakukannya, seperti membersihkan jendela, atau rumah. Tentu saja yang paling penting dari semuanya itu adalah bahwa  kamu harus mempunyai motivasi diri, disiplin dan mau berinisiatif.
v  Jenis wacana berdasarkan media penyampaiannya.
a.        Wacana tulis
Adalah jenis wacana yang disampaikan melalui tulisan. Wacan tulis dapat berwujud sebuah teks, sebuah alinea, dan sebuah wacana. Wacana tulis ditandai oleh adanya penulis dan pembaca, bahasa yang dituliskan dan penerapan sistim ejaan. Wacana tulis sering ditemukan pada bacaan majalah, koran, buku, makalah , dll.
b.        Wacana lisan
Adalah wacana yang disampaikan secara lisan ,sebagai media komunikasi wacana lisan, wujudnya dapat berupa sebuah percakapan atau dialog lengkap dan penggalan percakapan. Wacana lisan memiliki ciri adanya penuturan dan mitra tutur, bahasa yang dituturkan, dan alih tutur yang menandai giliran bicara. Wacana lisan ini sangat produktif dalam sastra lisan seluruh tanah air, juga dalam siaran –siaran televisi, radio, khotbah, pidato, ceramah , serta rkaman –rekaman dalam kaset turut melestarikan wacana lisan.
v  Jenis wacana berdasarkan langsung atau tidaknya pengungkapkan dibagi menjadi :
a.      Wacana langsung atau direct dicourse
Kutipan wacana  yang sebenarnya dibtasi oleh intonasi atau pungtuasi. (Kridalaksana , 1984 : 208 , dalam bukunya Tarigan : 2009 : 52)
contoh :
Pak guntur bercerita ,”mula- mula saya ragu mengambil keputusan berhenti menajdi guru sgb negeri seribudolok . akan tetapi mendengar cerita dan dorongan teman saya rajidin bangun , tekad saya telah bulat . saya meningglakn sgb negeri seridolok bu, tempat saya bertugas selama tiga tahun. saya berangkat ke jawa melanjutkan , melanjutkan pelajaran pada jurusan bahasa indonesia fkip unpad bandung . setelah hidup menderita bersama istri saya intan br. purba selama selama tiga tahun saya pun lulus ujian sarjana muda tahun 1960 dan langsung diangkat menjadi asisten dosen.
b.      Wacana tidak langsung atau indirect discourse.
Pengungkapan kembali wacana  tanpa mengutip harfiah kata-kata  yng dipakai oleh pembicara  dengan mempergunakan kontruksi gramatikal atau kata tertentu , antar alain dnegan klausa subordinatif , seperti kata : bahwa , dsb. (Kridalaksana , 1984 : 208-9, dalam bukunya Tarigan : 2009 : 52)
contoh :
Pak guntur bercerita  bahwa mula- mula memang dia ragu mengambil keputusan berhenti menajdi guru sgb negeri seribudolok . akan tetapi mendengar cerita dan dorongan tempatny bertugas selama tiga tahun. dia berangkat ke jawa melanjutkan pelajaran pada jurusan bahasa indonesia fkip unpad bandung . setelah hidup menderita bersama istrinya intan br. purba selama tiga tahun dia pun lulus ujian sarjana muda tahun 1960 dan langsung diangkat menjadi asisten dosen.
v  Jenis wacana berdasaran cara menuturnya , diklasifikasikan atas:
a.      Wacana pembeberan atau eksplository discourse
Wacana yang tidak mementingkan waktu dan penutur , berorientasi pada waktu pembicaraan , dan bagian lainnya diikat secara logis. (Kridalaksana , 1984 : 208-9, dalam bukunya Tarigan : 2007 :53)
contoh :
karangan itu memang bagus dan menarik temanya sesuai dengan tuntutan zaman , sesuai dengan kemajuan bangsa .cara memaparkan isinya sangat sistimatis . hubungan paragraf dengan paragraf sangat logis. bahasanya sangat baik .singkat , padat menuju sasaran , ejaanya rapi , sesuai dengan EYD .pendek bentuk dan isi karangan itus erasi benar .pantas saja karangan itu mendapat hadiah pertama
b.       wacana penuturan (Narattive discourse)
wacana yang mementingkan urutan waktu , dituturkan oleh pesona pertama atau ketiga dalam waktu tertentu , berorientasi pada pelaku dan seluruh bagiannya diikat oleh kronologi. (Kridalaksana , 1993 : 231)
Contoh :
“ Pada pukul 05.00 WIB , Widya bangun tidur , dengan meninggalkan sholat shubuh ia segera smsan dengan pacarnya, setelah satu jam sibuk berpacaran melalui sms , ia pun segera mandi dan sarapanm. Pukul 06.30 ia siap ber make-up, ssetelah usai bermake up ia siap berangkat ke kampus . Ia sampai kampus pukul 07.30. Sesampai di Kampus ia ternyata tak ada satui pun orang yang kuliah , tenyata hari itu merupakan tanggal merah , akhirnya Widya pun pergi ke rumah pacarnya untuk berpacaran.( Aizvyan,2011 :1 )dalam -http://cahyohasanudin./blopgspot-struktur –wacan –yang –memiliki-dimiliki.html)
v  Jenis wacana berdasarkan acuannya atau sifatnya  dibagi atas:
Ø  Wacana Fiksi.
Bentuk dan isi wacana fiksi berorientasi pada imajinasi. Biasanya, tampilan bahasanya mengandung keindahan (estetika). Mungkin sekali wacana fiksi bersifat kenyataan, tetapi gaya penyampaiannya indah.
Wacana fiksi bedarsarkan bentuknya terdiri dari tiga jenis yaitu :
  • Wacana Prosa, Wacana prosa adalah wacana yang disampaikan atau ditulis dalam bentuk prosa. Wacana prosa dapat berbentuk tulis atau lisan. Contoh : novel, cerpen, hikayat, roman, hikayat, cerita rakyat dll
  • Wacana Puisi. Wacana puisi dituturkan dalam bentuk puisi, bisa berbentuk tulis atau lisan. Bahasa dan isinya berorentasi pada keindahan. Contoh : Puisi nasihat, puisi jenana, lagu, tembang dan belada dll.
Contoh pantun anak-anak :
cimen simolah-molah
palu-palu –i kutabuluh
adi enggo sebenaken sekolah
mela-malu adi la beluh
(‘mentimun bergantung-gantung
palu pemukul di kutabuluh
kalau sudah dimulai sekolah
malu kalau tidak pandai’)

  • Wacana Drama. Wacana drama disampaikan dalam bentuk drama. Biasanya, drama berbentuk percakapan atau dialog. Oleh karena itu, dalam wacana harus ada pembicara dan yang di ajak bicara.
Contoh : A : Aku sama sekali tidak membutuhkanmu , jadi silakan kamu pergi !
                B:  Aku tidak akan pergi sebelum kamu mau memaafkanku.
Ø  Wacana Nonfiksi.
Wacana nonfiksi adalah suatu wacana dari hasil olah pikir manusia yang melibatkan data dan informasi nyata dan kadang menggunakan kaidah-kaiadah penulisan yang baku. Contoh wacana nonfiksi : opini, essay, artikel dan laporan penelitian,skripsi, dll.
v  Jenis wacana berdasarkan jumlah penutur
a.Wacana monolog
Adalah jenis wacana yang dituturkan oleh satu orang. Umumnya wacana monolog tidak menghendaki dan tidak menyediakan alokasi waktu terhadap respon pendengar. Contoh: pidato, ceramah, presenter, dll.
b.Wacana Dialog
Adalah wacana yang dituturkan oleh dua orang atau lebih, wacana ini bisa berbentuk tulisan atau lisan. Wacana dialog tulis memiliki bentuk yang sama dengan wacana drama ( misal : skenario ketoprak, naskah drama ,dll).
v  Jenis Wacana Berdasarkan Eksistensi Wacana
Djajasudarma (2006) membedakan wacana berdasarkan eksistensinya. Dalam hal ini Djajasudarma memandang bahwa wacana merupakan bahasa yang digunakan dalam pembicaraan. Sehingga Djajasudarma menggolongkan eksistensi wacana menjadi wacana verbal dan nonverbal.
(Djajasudarma (2006) dalam eprints.uny.ac.id/8341/3/BAB%202-06204241001.pdf)
a.      Wacana verbal
Dapat diidentikkan dengan kelengkapan struktur bahasa. Struktur bahasa yang dimaksud adalah bagaimana menggunakan fonem, morfem, frasa, dan kalimat dalam berbahasa, baik menyangkut bahasa tertulis maupun secara lisan. Jadi struktur kebahasaan yang disampaikan secara verbal dan memenuhi kriteria sebagai wacana, memiliki awal dan akhir yang jelas, dapat dianggap sebagai wacana verbal.
b.Wacana nonverbal
Adalah wacana yang terdiri dari unsur-unsur nonkebahasaan. Unsur-unsur nonkebahasaan ini sering juga disebut bahasa tubuh (body language). Wacana jenis ini disebut bahasa tubuh karena penutur berkomunikasi dengan mitra tuturnya dengan memainkan anggota tubuh. Wacana nonverbal juga dapat berupa simbol-simbol umum yang telah menjadi kesepakatan masyarakat yang menjadi pendukung wacana tersebut. Simbol-simbol tersebut seperti tanda-tanda rambu lalu lintas atau bunyi-bunyi yang dihasilkan melalui kentongan.
Suatu fenomena yang sangat umum terjadi dalam suatu wacana adalah kombinasi antara wacana verbal dan nonverbal. Bila kita cermati wacana-wacana dalam bentuk khotbah, sastra lisan, pantun, drama, puisi dan lainnya, penyampaiannya adalah dalam bentuk kombinasi antara wacana verbal dan nonverbal. Ketika seorang berbicara, anggota tubuhnya seperti tangan, mata, dan kepala senantiasi bergerak mengikuti nada suara, dan situasi psikologinya. Semakin memuncak emosi seseorang, semakin cepat pula gerakan anggota tubuhnya.  (eprints.uny.ac.id/8341/3/BAB%202-06204241001.pdf)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar