KELOMPOK 5
KOHESI-KOHERENSI
A.
Pengertian Kohesi dan Koherensi
Mengenai pengertian kohesi dan koherensi sebenarnya tidak
terlihat perbedaan yang nyata, karena pengertian kedua istilah tersebut sering
disamakan dan sering dipertukarkan pemakaiannya. Kedua pengertian tersebut
saling menunjang, saling berkaitan, ibarat dua sisi pada satu mata uang.
Kohesi memiliki pengertian yaitu hubungan antarkalimat dalam
sebuah wacana, baik dalam strata gramatikal maupun dalam strata leksikal
tertentu (Gutwinsky, 1976 : 26 dalam Tarigan, 2009 : 93). Untuk dapat memahami
wacana dengan baik, diperlukan pengetahuan dan penguasaan kohesi yang baik
pula, yang tidak saja bergantung pada pengetahuan kita tentang kaidah-kaidah
bahasa, tetapi juga kepada pengetahuan kita mengetahui realitas, pengetahuan
kita dalam proses penalaran, yang disebut penyimpulan sintaktik (Van de Velde,
1984 : 6 dalam Tarigam, 2009 : 93). Kita dapat mengatakan bahwa suatu teks
atrau wacana benar-benar bersifat kohesif apabila terdapat kesesuaian secara
bentuk bahasa terhadap konteks (Tarigan, 2009 : 93).
Sedangkan untuk pengertian koherensi itu sendiri adalah
pengaturan secara rapi kenyataan dan gagasan, fakta dan ide menjadi suatu
untaian yang logis sehingga kita mudah memahami pesan yang dikandungnya (Wohl,
1978 : 25 dalam Tarigan, 2009 : 100). Pengertian yang lain menyatakan bahwa
koherensi adalah pertalian atau jalinan antarkata, atau kalimat dalam teks. Dua
buah kalimat yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan sehingga
tampak koheren. Sehingga, fakta yang tidak berhubungan sekalipun dapat menjadi
berhubungan ketika seseorang menghubungkannya. Koherensi merupakan elemen
wacana untuk melihat bagaimana seseorang secara strategis menggunakan wacana
untuk menjelaskan suatu fakta atau peristiwa
(Teun A. Van Dijk dalam Eriyanto, 2001 : 242).
B.
Sarana-sarana Kohesi
Kohesi
yaitu hubungan antarkalimat dalam sebuah wacana, baik dalam strata gramatikal
maupun dalam strata leksikal. Dalam strata gramatikal Halliday dan Hasan pada
tahun 1976 mengemukakan sarana-sarana kohesif yang terperinci dalam karya
mereka yang berjudul Cohesion in English. Mereka mengelompokkan sarana-sarana kohesif
itu ke dalam lima kategori, yaitu :
1. Pronomina (kata ganti)
Salah
satu sarana kohesif yaitu pronomina atau kata ganti. Kata ganti tersebut dapat
berupa kata ganti diri, kata ganti penunjuk, dan lain-lain.
Kata ganti diri dapat berupa :
ð Saya, aku, kita, kami ;
ð Engkau, kamu, kau, kalian, anda ;
ð Dia, mereka.
Contoh
:
Ani,
Berta, dan Clara sedang duduk-duduk di beranda depan rumah Pak Dadi. Mereka sedang asyik berbincang-bincang.
....
Kata ganti penunjuk dapat berupa ini, itu, sini, situ, sana, di sini, di
sana, ke sini, ke situ, ke sana.
Contoh
:
Ini
rumah kami. Kami tinggal di sini
sejak tahun 1962. Tamu-tamu dari Sumatera sering datang ke sini dan menginap beberapa lama di sini.
Kata ganti empunya dapat berupa –ku, -mu, -nya, kami, kamu, kalian, mereka.
Contoh
:
Anakku, anaknya melanjutkan pelajaran di Jakarta.
Anakmu kuliah di mana? Anak kami sama-sama kuliah di Universitas
Indonesia. ...
Kata ganti penanya berupa apa, siapa, mana.
Contoh
:
Apa yang
kamu cari di sini?
Siapa yang
kamu pilih menjadi temanmu?
.........
Kata ganti penghubung berupa yang.
Contoh
:
Kita hidup bermasyarakat, hidup tolong-menolong. Yang pintar mengajari yang bodoh. Yang kaya menolong yang
miskin. ......
Kata ganti tak tentu berupa siapa-siapa, masing-masing, sesuatu,
seseorang, para.
Contoh
:
Siapa-siapa yang
turut berdarmawisata ke Pantai Pangandaran ditentukan oleh Kepala Sekolah kami. Kepada para pengikut diberikan sesuatu
yang sangat menggembirakan. ....
2. Substitusi (penggantian)
Substitusi
adalah proses atau hasil penggantian unsur bahasa oleh unsur lain dalam satuan
yang lebih besar untuk memperoleh unsur-unsur pembeda atau untuk menjelaskan
suatu struktur tertentu (Kridalaksana, 1984 : 185 dalam Tarigan, 2009 : 96).
Substitusi merupakan hubungan gramatikal, lebih bersifat hubungan kata dan makna.
Substitusi dapat bersifat nominal, verbal, kalausa, atau campuran, misalnya satu, sama, seperti itu, sedemikian rupa,
demikian, begitu, melakukan hal yang sama.
Contoh
:
Saya
dan paman masuk ke warung kopi. Paman memesan kopi susu. Saya juga mau satu.
Keinginan kami rupanya sama. .....
3. Elipsis
Elipsis
adalah peniadaan kata atau satuan lain yang wujud asalnya dapat diramalkan dari
konteks bahasa atau konteks luar bahasa (Kridalaksana, 1984 : 45 dalam Tarigan,
2009 : 97). Elipsis dapat pula dikatakan penggantian atau sesuatu yang ada
tetapi tidak diucapkan atau tidak dituliskan.
Contoh
:
Indah
dan Gery senang sekali mendaki gunung sebagai sport utama mereka. Justru Fries
dan Ninon sebaliknya, mereka senang memancing. .....
4. Konjungsi
Konjungsi
adalah penggabungan kata dengan kata, frase dengan frase, klausa dengan klausa,
kalimat dengan kalimat, paragraf dengan paragraf (Kridalaksana, 1984 : 105
dalam Tarigan, 2009 : 97). Konjungsi dapat berupa :
a) Konjungsi adversatif : tetapi, namun
b) Konjungsi klausal : sebab, karena
c) Konjungsi koordinatif : dan, atau, tetapi
d) Konjungsi korelatif : entah, baik, maupun
e) Konjungsi subordinatif : meskipun, kalau, bahwa
f) Konjungsi temporal : sebelum, sesudah
5. Leksikal
Kohesi
leksikal diperoleh dengan cara memilih kosakata yang serasi. Ada beberapa cara
untuk mencapai aspek leksikal kohesi ini, antara lain :
a) Pengulangan (repetisi) kata yang sama : pemuda – pemuda
b) Sinonim :
pahlawan – pejuang
c) Antonim :
putra – putri
d) Hiponim :
angkutan darat (kereta api, dll)
e) Kolokasi : buku,
koran, majalah
f) Ekuivalensi : belajar,
mengajar, pelajar, dll
C.
Jenis-jenis Sarana Koherensi
Koherensi
merupakan pertalian atau jalinan antar kata, atau kalimat dalam teks. Koherensi
ini merupakan salah satu elemen wacana yang di pergunakan untuk menjelaskan
suatu fakta atau peristiwa (Teun A. Van Dijk, dalam Eryanto, 2001 : 242).
Sarana
koherensi paragraf dapat berupa penambahan, seri, prononima, pengulangan,
sinonim, keseluruhan, kelas, penekanan, komparasi, kontras, simpulan, contoh,
kesejajaran, lokasi, dan waktu (F. J. D’Angelo dalam Tarigan, 2009 : 101).
Berikut penjabarannya.
Sarana penghubung
yang bersifat adiktif atau berupa penambahan itu, antara lain : dan, juga, lagi, pula, dll.
Contoh
:
Laki-laki dan
perempuan, tua dan muda, juga para tamu turut bekerja bergotong
royong menumpas hama tikus di sawah-sawa di desa kami. .......
Sarana
penghubung rentetan atau seri adalah pertama,
kedua, .... berikut, kemudian, selanjutnya, akhirnya.
Contoh
:
Pertama-tama
kita semua harus mendaftarka diri sebagai anggota perkumpulan. Kedua, kita membayar uang iuran. Berikutnya kita mengikuti segala
kegiatan, baik berupa latihan maupun kursus-kursus.
Sarana
penghubung yang berupa kata ganti diri, kata ganti petunjuk, dan lain-lainnya.
Contoh
:
Ini rumah saya, itu rumah kamu. Saya dan kamu mendapat hadiah dari pimpinan perusahaan. Rumah
kita berdekatan. Kita bertetangga.
Rumah Lani dan rumah Mina di seberang sana. Mereka bertetangga. ....
Penggunaan
sarana koheresi wacana yang berupa sinonim atau padanan kata (pengulangan
kata).
Contoh
:
Memang dia mencintai gadis
itu. Wanita itu berasal dari Solo. Pacarnya itu memang cantik, halus budi
bahasa, dan bersifat keibuan sejati. .....
Penggunaan repitisi atau pengulangan kata sebagai sarana koherensif wacana.
Contoh
:
Dia mengatakan kepada saya bahwa kasih sayang itu berada
dalam jiwa dan raga sang ibu. saya
menerima kebenaran ucapan itu. Betapa tidak, kasih sayang pertama saya peroleh
dari ibu. ....
Penggunaan
sarana koherensif dimulai dari
keseluruhan, baru kemudian kita beralih atau memperkenalkan bagian-bagiannya.
Hal ini memang sesuai dengan salah satu dimensi yang harus dipenuhi dalam
penyususnan kurikulum atau silabus pengajaran bahasa. Kita mulai dari bagian
yang lebih besar ke bagian yang lebih kecil; dari bagian yang umum menuju
bagian yang khusus. Tentu hal ini bergantung pada tujuan dan tingkat kelas para
siswa.
Contoh
:
Saya membeli buku
baru. Buku itu terdiri dari tujuh
bab. Setiap bab terdiri pula dari sejumlah
pasal. Setiap pasal tersusun dari
beberapa paragraf. Seterusnya setiap paragraf terdiri dari beberapa kalimat.
.....
Sarana
koherensif wacana yang mulai dari kelas
ke anggota.
Contoh
:
Pemerintah berupaya keras meningkatkan pehubungan darat,
laut, dan udara. Dalam bidang perhubungan darat telah digalakkan pemanfaatan kereta api dan kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor ini meliputi mobil, sepeda motor, dan lain-lain.
Dengan sarana
penekanan pun kita dapat pula menambah tingkat kekoherensifan wacana.
Contoh
:
Bekerja bergotong royong itu bukan pekerjaan sia-sia. Nyatalah kini hasilnya. jembatan
sepanjang tujuh kilometer yang menghubungkan kampung kita ini dengan kampung di
seberang Sungai Lau Biang ini telah sekali kita kerjakan dengan AMD (Abri Masuk
Desa). Jelaslah hubungan antara kedua
kampung berjalan lebih lancar.
Komparasi atau perbandingan dapat menambah serta
meningkatkan kekoherensifan wacana.
Contoh
:
Sama
halnya dengan Paman Lukas, kita pun harus segera mendirikan rumah di atas tanah yang baru kita
beli. Sekarang rumah Paman Lukas itu hampir selesai. Mengapa kita tidak membuat
hal yang serupa selekas mungkin? ....
Kontras atau
pertentangan para penilis dapat menambah kekoherensian karyanya.
Contoh
:
Aneh tapi nyata. Ada teman saya seangkatan, namanya Joni.
Dia rajin sekali belajar, tetapi setiap tentamen selalu tidak lulus. Harus
mengulang. Namun demikian, dia tidak pernah putus asa. Dia tenang saja. Tidak
pernah mengeluh. Bahkan sebaliknya, dia semakin belajar. Sampai-sampai larut
malam dia membaca. Tanpa keluhan apa-apa. Akhirnya tentamen semua lulus juga.
Dia menganut falsafah “biar lambat asal selamat.” Kini dia telah menyelesaikan
studinya dan diangkat menjadi guru SMA di Prabumulih.
Dengan
kata-kata yang mengacu kepada hasil
atau simpulan, kita dapat juga
meningkatkan kekoherensifan wacana.
Contoh:
Pepohonan telah menghijau di setiap pekarangan rumah dan
ruangan kuliah di kampus kami. Burung-burung beterbangan dari dahan ke dahan
sambil bernyanyi-nyanyi. Udara sejuk dan nyaman. Jadi penhijauan di kampus itu telah berhasil. Demikianlah kini keadaan kampus kami. .......
Dengan pemberian contoh yang tepat dan serasi,
kita dapat pula menciptakan kekoherensifan wacana:
Contoh:
Wajah pekarangan atau halaman rumah di desa kami telah
berubah menjadi warung hidup. Di perkarangan itu ditanam kebutuhan dapur
sehari-hari; umpamanya: bayam, tomat,
cabai, singkong, dan lain-lain. ....
Penggunaan kesejajaran atau paralelisme klausa sebagai saran kekorensifan wacana.
Contoh
:
Waktu dia datang, memang saya
sedang asyik membaca, saya sedang tekun mempelajari buku baru mengenai wacana.
Karena asyiknya, saya tidak mengetahui, saya
tidak mendengar bahwa dia telah duduk di kursi mengamati saya. ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar